Entahlah, mata ini masih enggan untuk diajak mengistirahatkan diri. Pikiran inipun juga masih seakan mengajak duduk melalui waktu hingga dini hari.
Aku beranjak...
Menuju ruang dimana PC yang tak tersentuh hampir sebulan sejak terakhir kali aku membuatnya beroperasi.
Jari ini mulai bergerak, entah bagaimana caranya. Lirih, lembut seakan berusaha menyusun diksi.
Aku duduk dan terdiam...
Ketika semua bagian tubuh ini mencoba untuk meneruskan aktifitas kali ini. Entahlah.. entahlah.. dan entahlah... Ada satu bagian yang entah kemana.. Sesuatu yang terbawa bersama seseorang yang sangat berharga.
Aku masih terdiam...
Lirih tak bertenaga lidahku berbisik, lemah telapakku menengadah... Ya Allah, aku mau dia baik-baik saja...
Seseorang yang sangat berharga, aku memanggilnya... Adik.
Setitik air menyeruak dari sudut mataku ketika aku mengusapkan kedua telapakku untuk menyapu wajahku. Dan setitik demi setitik lain ikut mengalir, seakan merangkai sebuah asa...
Entahlah... Akankah jari-jari ini memiliki kesempatan menggenggam telapaknya.
Entahlah... Akankah badan ini memiliki kesempatan mendekap raganya.
Lagi, aku terdiam...
Raga itu, seorang anak kecil yang selalu ada di pikiranku.
Raga itu, seorang istimewa yang tak berhenti membuatku bangga.
Raga itu, seorang yang sangat berharga yang tak pernah membuatku kecewa.
Raga itu, seorang yang kusebut Adik.
Ya Allah...
Jatuh bangun dia mengulurkan tangannya.
Koyak robek dia menapakkan kakinya.
Bahkan, tak jarang dia harus beradu logam-logam yang mewakili kerasnya kehidupannya..
Ya Allah...
Entahlah, seakan-akan Engkau telah membesarkan aku bersamanya di masa sebelumnya.
Entahlah, seakan-akan aku punya keharusan untuk menjaganya..
Entahlah... Kesekian kalinya aku hanya berharap Engkau mengizinkan aku meminta...
Ya Allah, izinkan aku yang pendosa ini meminta..
Ya Allah, izinkan aku yang tak layak ini memohon..
Ya Allah, aku menyayangi anak kecil ini...
Aku terhenyak..
Jari-jemariku tiba-tiba mengajakku berbicara. Hati kecilku tiba-tiba mengajakku menemuinya.
Ya Allah...
Entah dimana adikku kini, tapi terima kasih Engkau panjangkan umurnya.
Entah bagaimana keadaan adikku kini, tapi terima kasih Engkau senantiasa melindunginya.
Adikku... Ketika kau baca ini, ya aku menangis ketika menyelesaikan tulisan ini.
Adikku, kali ini dengarkanlah aku...
Terima kasih sudah menjadi seseorang yang selalu membanggakan.
Terima kasih sudah menjadi seseorang yang tak pernah mengecewakan.
Terima kasih sudah menjadi seseorang yang selalu memberi kejutan.
Terima kasih sudah menjadi seseorang yang tak pernah lelah berjuang.
Adikku, kali ini dengarkanlah aku...
Aku menyayangimu karena engkau saudaraku. Aku merindukanmu karena engkau adik kecilku.
Adikku, kali ini dengarkanlah aku...
Jaga dirimu, kutitip "yang tertinggal di sebelahmu" ini padamu sampai nafasku tak ada lagi...
Selamat ulang tahun... Adik. 🫰
0 Komentar