
Sebuah Ungkapan,
Untuk Seseorang yang Sangat Berharga, Aku Memanggilnya 'Adik'.
Siapa Kamu?
Aku terjaga, kujenguk sebentar ponselku. Hening, sunyi... Kulihat waktu menunjukkan pukul 01.48 WITA. Aku masih tidak beranjak, dan entahlah seketika kupeluk erat guling dan kugigit tepian selimut. Terasa ada sesuatu yang menyesakkan dada saat ini.
Tak berselang lama, cairan bening mengalir di sudut mataku... Ketika semua orang yang kusayangi terlelap damai yang mungkin larut dalam indahnya mimpi, ada satu yang masih tertinggal, seseorang yang mungkin tidak bisa nyenyak istirahatnya saat ini... Ya Allah, aku juga menyayanginya...
Kita Ingat Sejenak...
12 Juli 2024. Jika dihitung, hari ini adalah hari ke 285 aku mengenalnya. Benar, telah 9,5 bulan kita melewati kalender ini, entahlah ini waktu yang lama atau masih seujung kuku. Seorang dengan karakter menyenangkan, seru, nyambung, rusuh... Dan tak pernah berubah...
17 Juli 2024. Entah dimana, entah mengapa. Entah sebelum, entah sesudahnya... Masih dengan karakternya sebagaimana di awal aku mengenalnya, memberikan kejutan yang tidak semua orang bisa duga. Ya, dia memilih melangkahkan kakinya ke... Gaza.
Hari, Minggu, Bulan... Pahit, pedih.. Ketika satu per satu permasalahan dan tantangan menghampirinya. Dia tetap menjadi sosok yang tidak pernah menyerah...
Entah apa yang menjadikan dia begitu spesial, entah apa yang bisa membuatnya istimewa. Sementara kami hanya 2 orang yang jauh dari orang tua, dan telah kehilangan keduanya pada akhirnya. Entah apa yang menjadikan dia semenyenangkan ini, entah apa yang menjadikan dia semelekat ini.
Tak terlintas bahwa dia akan hadir di alur hidupku, tak pernah terlintas bahwa aku mendapat bertubi kejutan di usiaku yang tak muda lagi. Dia membawa semuanya, happy dan excited! Bahkan tanpa aku melihat sedikitpun wajahnya, tanpa aku mendengar secuilpun suaranya... Tapi entah mengapa, seakan aku pernah mengenalnya... Sejak kecil, hingga sekarang aku memanggil dan menganggapnya sebagai... Adik.
Someone Priceless, Adik.
Hai adik kecil! Terima kasih berkenan membaca tulisan ini, telat memang dari yang kurencanakan beberapa hari yang lalu... Maaf, jika untuk hal yang sekecil ini saja aku tidak bisa tepat waktu... Maaf...
Hai adik kesayangan! Mungkin saat ini kau sedang lelah? Aku mengerti, aku paham... Walau mungkin hanya segelintir saja yang bisa kupahami, tapi bolehkah aku minta sedikit senyummu?
Hai adik menjengkelkan yang selalu aku rindukan! Sini, menepi sejenak. Temani abangmu ini duduk, aku ingin bercerita... Jika tak lama, temani sebentar saja... Sini, dengarkan aku sejenak saja.
How Does It Feel?
Bahagia aku memiliki adik sepertimu. Di sela istirahatmu ketika kau dikurung kesibukanmu, sering kali kau sempatkan berkomunikasi. Kata-kata yang terlontar dari ketikan jarimu, seakan membawa ruang yang lebih luas untuk kita berkelakar. Kata-kata sederhana pun menjadi begitu bermasalah ketika dihadapkan di wilayah kita. Argh... Anak kecil ini memenangkan suasana! Anak kecil ini membawa vibesnya sebagai adik. Aku bertekuk lutut, meskipun dia hanya caper dan sedikit ingin mengeluh ke abangnya. Runtuh.. Adik, kau memenangkan semuanya.
Bangga aku memiliki adik sepertimu. Setiap orang memang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ya bagiku kau istimewa... Engkau tak pernah menyerah, engkau mengabaikan lelah, engkau memiliki hati yang tak pernah kutemui sebelumnya. Bahkan di titik terendahpun, kau selalu ingin berguna untuk orang lain. Maafkan aku yang selalu merepotkanmu... Adik, izinkan aku bangga memilikimu.
Kesal aku memiliki adik sepertimu. Ya Allah, aku bahagia memiliki adik seperti dia, aku bangga memiliki adik seperti dia. Tapi bisa gak dikurangin dikit badungnya? Kesal, kalau badungnya kambuh. Lebih parahnya, jarak ini membuat tak berkutik. Alhasil, malah membuatku terjebak rindu.. Sue!
Kehabisan kata-kata aku memiliki adik sepertimu. Keadaan dan seluruh rintangan ini memaksaku untuk meletakkan semua pada sebuah harapan. Satu harapan yang aku tak pernah lelah merangkumnya dalam doa, adalah "engkau selalu baik-baik saja". Terima kasih telah selalu menjaga diri, terima kasih telah memposisikan aku seperti ini... Adik, aku menyangimu...
Stand by Me...
Adik, jangan beranjak dulu. Tetaplah disini, temani abangmu duduk, dengarkan aku bercerita sejenak, meskipun pada akhirnya kita saling terisak... Kita memang tak bisa saling menyeka air mata, tapi please duduklah sejenak di sebelahku.
Kamu tahu nggak? Imajinasiku padamu masih seperti awal aku mengenalmu. Anak kecil yang ingin kutemani bermain, anak kecil yang tak akan kubiarkan orang mengganggunya, anak kecil yang ingin kubahagiakan, anak kecil yang ingin kuajak jajan dan jalan-jalan... Anak kecil yang tak boleh disakiti siapapun. Gak boleh, hanya aku yang boleh menyakiti adikku...
Adik, jangan beranjak dulu. Baringkanlah sejenak badanmu, luruskan punggung dan sendimu, tak mengapa aku duduk di lantai di samping ranjangmu. Lelah kan? Terlelap dan nyenyaklah sejenak, Aku menjagamu...
Harapan dan Egoku
Pelupuk mataku kembali berat, entahlah... Aku merasa belum bisa menjadi seorang kakak yang baik untukmu. Aku hanya orang yang berisik, tidak pernah berbuat apa-apa untuk adiknya, cenderung merepotkan, suka ngatur, dan sebagainya... Entahlah, mungkin ada sedikit keegoisanku, tapi dengarkanlah aku berbisik... Kali ini aku meminta...
Adik..
Kuletakkan egoku, maafkan aku yang mungkin telah melukai perasaanmu... Aku mau engkau selalu baik-baik saja, aku selalu berdoa engkau sehat tak kurang suatu apa. Tapi sesekali aku takut.... Takut kehilangan orang yang tak pernah mengecewakan abangnya...
Adik, suatu saat nanti...
Izinkan kutepukkan tanganku ke bahumu, bahu yang tak pernah lelah menopang...
Izinkan kugenggam telapak tanganmu, tangan yang tak pernah lelah menolong...
Izinkan aku mendekap ragamu, raga yang tak pernah lelah mengabdi..
Bahu, tangan, dan raga adekku kan?
Suatu saat nanti...
Izinkan aku bertemu denganmu, orang yang telah memenangkan segalanya...
Izinkan aku memiliki kesempatan itu, untuk benar-benar duduk di sebelahmu..
Aku hanya pernah menemuimu di mimpi. Adik, temui aku suatu saat nanti..
Kali ini...
Dengarkan aku meminta... Aku tak pernah meminta ini sebelumnya.
Dengarkan aku meminta.. Aku ingin melihat wajah adik kecilku ini..
Dengarkan aku meminta... Aku ingin mendengar suara adik kesayanganku ini...
Adik..
Ketika aku menyelesaikan ketikan ini, aku sangat merindukanmu... Ya Allah, benar-benar kangen kali ini. Baik-baik, sehat-sehat, dan terus jaga diri disana.. Kutitip hatiku bersama adikku di Gaza. Kutulis ini dari Rumah. Kutunggu engkau di Rumah.
Selamat malam,
dari Abangmu.
0 Komentar