Selama Ini Kita Sia-sia #DiRumahAja

Kita Sudah Sejauh Ini. Kalah Bukan Pilihan.

Banyak sekali yang curhat ke saya lewat media sosial, mungkin sampai puluhan ribu jumlahnya. Menyoal berbagai video viral kerumunan orang di tempat umum yang tidak memperhatikan protokol kesehatan. Pesan yang masuk ke saya rata-rata berisikan rasa kecewa, marah, kesal.

“Sia-sia dong kita selama ini di rumah aja!”

Memang, itu adalah ekspresi lumrah yang muncul ketika kita patah hati melihat kenyataan itu. Wajar bila ada yang mempertanyakan mengapa tampaknya sejumlah pihak seperti tidak peduli pada kepentingan bersama. Bisa jadi perilaku yang “cuek” itu disebabkan oleh optimisme bias.

Pola pikirnya "bila ada suatu hal buruk, itu bisa terjadi ke orang lain tapi tidak akan terjadi ke saya", artinya "COVID-19 bisa terjadi ke siapa saja, tapi kayaknya saya nggak akan kena deh".

Inilah yang membuat tetap ada orang-orang yang nekat melanggar. Sama seperti pemikiran “ah nggak apa-apa, melanggar sekali saja. Tidak akan berdampak apapun”. Semua orang punya peluang berpikir seperti itu. Bayangkan jika semua juga mengambil keputusan yang sama.
 
Sulit bagi kita untuk mengendalikan pengambilan keputusan orang lain. Setidaknya kita perlu mengamankan pengambilan keputusan kita sendiri.  Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan, yakni diri sendiri.

Dengan kesadaran penuh bahwa kita melakukannya bukan demi diri sendiri saja, namun juga demi orang lain. Kita melakukan ini untuk para tenaga kesehatan yang sudah bertaruh nyawa, untuk para karyawan yang sudah dirumahkan berminggu-minggu, untuk para pengusaha yang terpaksa menutup usahanya, dan untuk bangsa- negara yang sudah merugi sangat banyak.

Tidak kalah penting, kita melakukan ini untuk orang-orang yang kita sayangi. Tidak ada yang sia-sia ketika kita masih bisa melihat dan memastikan keluarga dan orang-orang terdekat kita sehat dan terjaga. Setiap kali memandang atau menghubungi mereka, kamu bisa berkata dalam hati “itu karena saya hari ini tidak melanggar apapun.”

Kita sudah sejauh ini. Kalah bukan pilihan, kawan-kawan.

Regards, 
Ratno Wistu

3 Komentar