Kamu Sadar Nggak?

Semasa hidup di tempat yang namanya Dunia ini, tujuan akhir dari semua proses ini adalah akhirat. Lantas apa hubungannya? Bisa dibilang beberapa bulan ini agak bermasalah dengan kontrol hati. Marahkah? Dibilang marah sih enggak, lebih parah dari itu kayaknya. Ya, kecewa.

Abaikan dulu soal kecewa. Namun kita kembali kepada esensi hidup. Pernah dengar kan kalimat ini? Bekerjalah seakan-akan kamu hidup seribu tahun lagi, tetapi beribadahlah seakan-akan kamu akan meninggal besok.

Tujuannya apa, seperti saya bilang... Akhirat.
Kerja untuk apa? Supaya kaya. Terus kalau udah kaya, supaya apa? Supaya bisa berbagi. Jelas kalau kita kere, kita gak akan bisa berbagi. Bersedekah, supaya harta bisa menjadi penolong kita di mana? Ya, di akhirat. Lagi-lagi akhirat. Jika kamu kaya, kamu akan lebih mudah melakukan apapun termasuk membantu orang lain.

Kita keluar sejenak dari pemikiran yang ada, tetapi sekarang kita pindah ke alam perumpamaan dulu. Misalnya kamu kerja, orientasinya apa? Workaholic akan mati-matian memotivasi diri untuk sebuah pencapaian. Pencapaian apa? Pencapaian semu sih, selama kerjaanmu itu tidak bisa menjadikanmu kuat dalam hal finansial. Jika pencapaian di dunia gagal (tidak menjadikanmu kuat finansial), mungkin kita bisa menghibur diri bahwa pekerjaan tersebut bisa untuk menyelamatkan diri kita di akhirat. Oke oke, penolong di akhirat. Jika sesimpel itu pencarian akhiratnya, oke mungkin orang hanya bisa bilang "Selamat Mengabdi".

Lantas, kita coba puter sedikit sudut pandang dari soal finansial ke hal yang lain. Manusia adalah makhluk sosial. Yang namanya tempat kerja, kita pasti bersosialisasi terutama dengan rekan kerja! Ya benar, rekan kerja! Sadar nggak sih, ketika kamu kerja di sebuah tempat dan mati-matian, hanya mengharap 'pemenuhan status sosial' atau memuaskan diri sebagai 'makhluk sosial' dengan tujuan supaya gak sepi dan ada aktifitas, it's bullshit. Terpikir nggak, ketika kamu meninggal, rekan kerja hanya datang sebagai tamu kok. Mengucapkan bela sungkawa, bacakan tahlil sebentar, udah. Kemudian mereka pulang dan lupa, itukah yang kamu perjuangkan mati-matian sebagai pemenuhan diri sebagai 'makhluk sosial'?

Maksudnya bagaimana? Gini loh, ketika kamu hendak meninggal, yang ada disisimu siapa? Ketika kamu meninggal, yang ngurusin pemakaman dsb, yang rajin mendoakan dan ziarah ke makammu siapa? Ya nggak tau! Kalau gak tau, kita kembalikan ke diri masing-masing, kamu kapan mendoakan rekan kerja yang telah meninggal, atau mengunjungi makamnya selain pas dia meninggal? Gak pernah kan?

Akhirnya sadar, semua bukan Rekan Kerja. Ujung-ujungnya adalah keluarga, akhirat kan target utamanya? Yakin rekan kerja akan setiap saat mendoakan ketika kamu meninggal? Hal tersebut muncul di benakku beberapa hari ini, dan memang hal itu menguatkan bahwa aku gak perlu mati-matian terhadap hal yang tidak memberikan imbas finansial.

1 Komentar